BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan “Logos” artinya ilmu. Dengan demikian Ikhtiology adalah suatui ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya. Ikan didefenisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan insang.
Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu Agnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes.
Menurut Lagler et. al. (1977), sejak abad 18 Ichtyologi telah berkembang meliputi beberapa cabang ilmu, antara lain :
1. Klasifikasi, yaitu melanjutkan mencatat semua jenis ikan yang masih ada maupun yang sudah berupa fosil dan memasukkannya kedalam taksa serta memberi nama ilmiahnya.
2. Anatomi, yaitu mempelajari tentang struktur ikan secara makroskopik, embriologik, serta perbandingan jenis ikan yang satu dengan ikan yang lain, termasuk fosil yang masih ada.
3. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern dan ikan sebelumnya serta mekanisme ciri-ciri mereka.
4. Natural history dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi antara ikan yang satu dengan ikan yang lain dan dengan lingkungannya.
5. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, dan integrasi sistem pada tubuh. Jumlah spesies ikan yang ada sekarang diperkirakan sekitar 15-20 ribu spesies, sedangkan yang masih belum terdeteksi diperkirakan sekitar 40 ribu spesies. Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah ikan merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fauna di bumi ini ( 42,6 % ) ( Rahardjo, 1985 ).
Ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm), hidup di dalam lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernafas dengan insang.
Setiap jenis ikan memiliki ciri-ciri taksonomi biologis dan ekologis yang spesifik meskipun ada beberapa kemiripan ikan yang merupakan objek dalam mata kuliah ichtyologi, dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan baik secara kasat mata (ekternal anatomy), bagian dalam tubuh (internal anatomy) dan organ tambahan yang dimiliki oleh beberapa jenis ikan.
Struktur internal dan eksternal ikan memberi gambaran bentuk tubuh dan bagian tubuh ikan yang akan menunjukkan pola makan, membedakan jenis kelamin, dan diagnosis penyakit.
1.2. Tujuan
Kegiatan praktikum ikhtiologi ini bertujuan:
a. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh dari ikan teleostei (osteichthyes)
b. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi luar atau morfologi serta melakukan pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh ikan dan membandingkannya dengan kunci identifikasi, antara lain :
· Susunan, jenis dan rumus sirip
· Jenis sisik dan penghitungan sisik
· Tipe ekor
· Bentuk mulut
· Perbandingan antar bagian tubuh ikan
· Bentuk dan jumlah filament insang
· Tanda-tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral keel, adipose
c. Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan ikan
d. Mempelajari dan mengetahui sistem integumen pada ikan teleostei
e. Menggambarkan bagian-bagian integumen ikan dan membandingkan antar jenis-jenis ikan, antara lain :
· Kulit
· Lendir
· Sisik
· Kelenjar racun
f. Mempelajari dan mengetahui struktur rangka ikan dari ikan teleostei (osteichthyes)
g. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka axial
h. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi rangka apendicular
i. Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi otot atau urat daging pada ikan
j. Mempelajari dan mengetahui sistem respirasi dan organ respirasi dari ikan teleostei (osteichthyes)
k. Menyebutkan bagian-bagian insang pada ikan teleostei (osteichthyes)
l. Menyebutkan alat bantu pernafasan pada ikan teleostei (osteichthyes)
m. Mengetahui dan menunjukkan letak gelembung renang pada ikan teleostei (osteichthyes)
n. Mempelajari dan mengetahui sistem dan organ reproduksi ikan teleostei (osteichthyes)
o. Membedakan organ reproduksi ikan dan mengetahui posisi gonad
p. Mempelajari dan berlatih melakukan identifikasi kematangan gonad ikan
q. Mempelajari dan berlatih menghitung fekunditas pada ikan
r. Mempelajari dan mengetahui sistem pencernaan makanan ikan teleostei (osteichthyes)
s. Mengetahui organ pencernaan makanan ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi ikan
2.1.1 Bentuk dan rumus sirip
Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
Sirip pada ikan terdiri dari pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis. Sirip-sirip tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya sebagian saja.
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras
Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari-jari sirip lemah
Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku.
3. Jari-jari sirip lemah mengeras
Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
Menurut Rahardjo 1985, sirip merupakan salah satu bagian dari rangka appendicular, yaitu di antaranya:
1. Sirip perut (pinnae abdominlis)
Sirip perut pada sub class elasmobranchia disokong oleh tulang tulang rawan tempat menempelnya tulang basipterygium.
2. Sirip punggung (pinnae dorsalis)
Sirip punggung yang terdapat pada ikan class chondrichtyes disongkong oleh keeping keeping tulang rawan di sebut rawan basal yang terletak bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan radia yang terletaak di bagian rawan basal menunjukan jari jari keras.
3. Sirip dada (pinnea pectoralis)
Pada chondridhthyes di songkong oleh tulang gelang bahu (pectoral girdle) dinamakan coracoscapula. Pada ikan Osteichthyes gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang dermal.
4. Sirip dubur (pinnea analis)
Ikan Osteichthyes tulang yang menyongkong sirip dubur ada tga termasuk di dalamnya masuk kedalam tubuh, diantaranya tulang cucuk hemal di namakan promaxial pterygiophore dan yang di lur disbbut pterigiophorre sedangkan di atasnya tterdapat intermedietpteryiophore.
5. Sirip ekor (diphycercal)
Tipe ekorbterdiri dari lima macam yaitu: rounded, teruncate, emarginated, lunate, forked, dan cambuk. Namun secara garis besar bentuk ekor di bedakan menjadi empat yaitu:
a. Protocercal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor meruncing, dan ruas ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya dimiliki class chepalaspidomorphii.
b. Heterocercal
Yaitu tipe ekor yang tidak simeteris,bagian ujung ekor atas berbentuk runcing pada ujungnya yang di songkong ruas ruas tulang punggun. Dan bagian bawah berbentuk melengkung an biasnya lebih pendek dari yg diatas tipe ekor ini biasanya di class condrichtyes dan golongan bertulang sejati tingkat rendah.
c. Homocercal
Tipe ekor simetris, bagian atas ekor sama dengan bagian bawahnya dan disokong oleh jari jari sirip ekor. Dua ruas terakhhir tulang punggung berubah bentuk menjadi urostly dan terdapat tulang tambahan.
d. Diphycercal
Sirip ekor antar bagian atas dan bawah simetris. Dan bentuk pada ujung ekor melengkung, dan ruas ruas veterata menyongkong sirip tanpa mengalami perubahan bentuk. Tipe ekor ini umumnya dimiliki class chepalaspidomorphii.
2.1.2 Bentuk sisik
Merupakan rangka dermis, karna sisik di bentuk pada lapisan dermis. Fungsi sisik adalah sebagai pelindung tubuh dari lingkungan hidup ikan yang membahayakan. Sisik pada umumnya keras dan bersisik, tetapi selain itu juga ikan yang tidak bersisik, kebanyakan dari sub ordo siluroidea, contohnya ikan jambal (pangasium) (Rahardjo 1985).
Menurut Rahardjo 1985, berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalam sisik, sisik dapat di bagi menjadi lima jenis yaitu:
1. Sisik Gonoid
Sisik yang memiliki lapisan terluar yang tersusun dari garam garam ganoid, bentuk hampir menyerupai belah ketupat, umumnya terdapat pada ikan ikan bertulang rawan, misalnya pada ikan acipenceridae, lepisostidae, polyodontidae dan polyterus. Sisik jenis ini memiliki tiga lapisan, yaitu:
a. Gonoide (garam garam anorganikyang sangat kers)
b. Cosmid (lapisan non seluler yang sangat kuat)
c. Isopedine (didalamnya terdapat pembulu darah kecil)
2. Sisik Cosmoid
Ialah terdiri dari beberapa lapis, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie (dilapisi semacam enamel), lapisan bawahnya disebut cosinine ( merupakan lapisan yang kuat dan nonceluller) dan bagian terdalam terdapat pemlbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine. Sisik jenis ini umumnya hanya terdapat pada jenis ikan fosil dan ikan primitive atau iakan ikan jenis kuno. Contoh ikan bertipe sisik ini adalah latimeria chalumnae.
3. Sisik Placoid
Mirip bungga mawar dengan dasar bulat atauersegi (bujur sangkar). Memiliki bagian yang menonjol seperti duri yang muncul dari epidermis dan terletak merambah ke belakang di bawah kulit. Sisik jenis ini biasanya hampr terdapat pada semua jenis ikan yang bertulang rawan (Elasmobranchia).
4. Sisik Ctenoid
Merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya, sisik ini di sebut juga sisik sisir karena mempunyai bentukagak persegi yang menyerupai sisir.
5. Sisik Cycloid
Merupakan sisik yang bentuknya melingkar, yaang mempunyai linkaran tipis dan transparan yang didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus serta pada bagian belakang mempunyai gerigi. Bagian anterior tertanam dan bagian posterior muncul ke permukaan dengan warna gelap yang mengndung butir butir pembaw a warna (cromotophor). Lingkungan sirkulir yang menebal pada sisik ini disebut annulus.
2.1.3 Bentuk tubuh
Antara jenis yang satu dengan jenis lainnya berbeda-beda. Perbedaan bentuk tubuh ini pada umumnya disebabkan oleh adanya adaptasi terhadap habitat dan cara hidupnya. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan tersebut dibagi dua yakni ikan yang bersifat.
a. Simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita akan mendapatkan hasil yang sama persis antara bagian kiri dan bagian kanannya. Dilihat dari bentuk tubuh terutama dari penampang melintangnya ada beberapa macam bentuk tubuh ikan simetri bilateral, bentuk-bentuk tersebut adalah:
· Pipih/kompres yakni ikan yang bertubuh pipih atau dengan kata lain lebar tubuh jauh lebih kecil dibanding tinggi tubuh.
· Picak/depres yakni ikan yang lebar tubuhnya jauh lebih besar dari tinggi tubuhnya.
· Cerutu/fusiform yakni ikan dengan tinggi tubuh yang hampir sama dengan lebar dan panjang tubuhnya beberapa kali ukuran tingginya.
· Ular/sidat yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai belut atau ular.
· Tali/filiform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai tali.
· Pita/taeniform/flattedform yakni ikan yang bentuk tubuhnya memanjang dan tipis menyerupai pita.
· Panah/sagittiform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai anak panah.
· Bola/globiform yakni ikan yang bentuk tubuhnyamenyerupai bola.
· Kotak/ostraciform yakni ikan yang bentuk tubuhnya menyerupai kotak
b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita akan mendapatkan hasil yang berbeda antara bagian kiri dan bagian kanannya (Saanin, H. 1968).
b. Non simetri bilateral yaitu ikan yang apabila dibeah ditengah dengan potongan sagital, maka kita akan mendapatkan hasil yang berbeda antara bagian kiri dan bagian kanannya (Saanin, H. 1968).
2.1.4 Tipe mulut
Ada beberapa macam bentuk mulut ikan. Bentuk mulut ikan antara jenis ikan satu dengan jenis ikan lainnya berbeda-beda tergantung pada jenis makanan yang dimakannya (Djuanda, T. 1981). Secara umum ada empat jenis mulut ikan yaitu:
1. Bentuk seperti tabung (tube like)
2. Bentuk seperti paruh (beak like)
3. Bentuk seperti gergaji (saw like)
4. Bentuk seperti terompet Mulut Dapat Disembul dan Tidak.
Berdasarkan dapat tidaknya disembulkan, mulut ikan dibedakan menjadi 2, yakni:
1. Dapat disembulkan
1. Dapat disembulkan
2. Tidak dapat disembulkan
Posisi mulut pada ikan juga bervariasi tergantung dimana letak habitat makanan yang akan dimakannya. Ada empat macam posisi mulut ikan yakni:
1. Posisi terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung.
2. Posisi sub terminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung.
3. Posisi superior, yaitu mulut yang terletak di atas hidung.
4. Posisi inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung
2.1.5 Warna
Ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana, keputih-putihan pada bagian perut, lalu keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah. Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian perutnya berwarna pucat dan bagian pungung berwarna gelap. Warna ikan ini disebabkan oleh Schemacrom (konfigurasi sisik) dan Bichrom (pigmen pembawa warna) (Sugiri, 1992).
Menurut Rahardjo (1985), Warna tubuh ikan disebabkan konfigurasi sisik (schemochroma) dan pigmen pembawa warna (biochrome), yaitu :
1. Carrotenoid : kuning, merah
2. Chromolipoid : kuning sampai cokelat
3. Indigoid : biru, merah dan hijau
4. Melanin : hitam cokelat
5. Porphyrin : merah, hijau, kuning, biru dan cokelat
6. Flanin : kuning kehijau-hijauan
7. Purin : putih keperak-perakan
8. Pterin : putih, kuning, merah dan jingga
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua yaitu iridocyte dan cromatophore. Iridocyte disebut juga sel cermin karena mengandung bahan yang memantulkan cahaya warna yakni guanin kristal. Sel chromatophore terdapat dalam dermis, mempunyai butir-butir pigmen yang mengandung pigmen sungguhan. Chromatophore dasar ada tiga macam yaitu erythophore,xanthophore, dan melanophore (Rahardjo, 1985).
2.1.6 Bentuk dan jumlah linea lateralis
Linea lateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan yang bersisik maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam proses osmoregulasi (Djuanda, T. 1981).
Selain hal tersebut di atas, ikan seringkali mempunyai ciri-ciri khusus, dalam hal ini ada ikan yan mempunyai finlet, skut atau kil dengan definisi sebagai berikut.
• Finlet adalah sirip-sirip kecil yang terdapat di belakang sirip punggung dan sirip belakang (dubur), contohnya akan kita dapati pada ikan kembung (Rastrelliger sp)
• Skut adalah kelopak tebal pada bagian perut atau bagian pangkal ekor ikan selar (Caranx sp).
• Kil adalah rigi-rigi yang puncaknya meruncing dan terdapat pada pada batang ekor, seperti yang terdapat pada ikan tongkol.
• Sirip lunak (adipose fin) adalah sirip tambahan berupa lapisan lemak yang ada di belakang sirip punggung atau sirip belakang seperti pada ikan jambal (Ketengus sp).
2.2. Anatomi ikan
2.2.1 Sistem digestoria
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esophagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Saanin, H. 1968).
2.2.2 Sistem muscularia
Sistem muscularis atau sistem otot pada ikan adalah sama dengan sistem otot pada vertebrata lain. Otot sangat penting bagi kehidupan ikan terutama dalam pergerakan tubuh, peredaran darah dan aktivitas tubuh. Berdasarkan strukturnya, otot terbagi atas otot lurik, otot jantung dan otot polos. Selain itu, berdasarkan pergerakannya otot terbagi atas otot sadar atau voluntary (otot lurik) dan otot tak sadar atau involuntary (otot polos dan otot jantung). Pembagian otot yang lain adalah berdasarkan letaknya atau perlekatannya yaitu otot rangka atau skeletal muscle (otot lurik) dan bukan otot rangka atau non-skeletal muscle (otot polos dan otot jantung) (Saanin, H. 1968).
Menurut Rahardjo (1985), otot ikan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Otot rangka
Susunan otot rangka pada badan mempunyai sifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh dan bergerak. Berkas-berkas otot badan bagian lateral (myomore), akan nampak sebagai daging jika ikan dikuliti atau dipotong secara melintang. Myomore diikat oleh suatu bagian yang merupakan bagian otot yang tipis (membraneous) yang disebut myocoma.
2. Otot jantung
Tersusun atas otot dan jaringan-jaringan pengikat, otot jantung berwarna merah gelap. Hal ini berbeda dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna coklat. Susu¬nan otot jantung (mycocardium) dibungkus oleh sesuatu selaput, yaitu bagian luar disebut pericardium dan ba¬gian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini involuntary (tidak dipengaruhi saraf sadar).
3. Otot polos
Otot yang mempunyai sifat involuntary ini terdapat bebe¬rapa bagian organ, antara lain, saluran pencernaan, gelembung renang, saluran reproduksi dan ekskresi, mata dan sebagainya Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, Tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama.
2.2.3 Sistem skeleton
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini melindungi eksoskeleton dan endoskeleton. Endoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja atau keduanya. Endoskeleton umumnya dijumpai pada hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal dengan dermal skeleton (Affandi, 1992).
Sistem rangka dibagi menjadi dua yaitu rangka sumbu (rangka aksial), dan rangka anggota (rangka apendikular). Rangka aksial meliputi tengkorak (cranium), tulang belakang (kolumna vertebralis), tulang rusuk (costae) dan tulang dada (sternum). Rangka anggota meliputi gelang bahu (gelang pectoral) dengan rangka anggota depan, dan gelang pinggul (gelang pelvic) dengan rangka anggota belakang (Affandi, 1992).
Menurut Rahardjo (1985), rangka ikan dapat dibedakan menjadi 3 bagian :
1. Rangka axial
Terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.
2. Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3. Rangka appendicular
Terdiri dari sisik dan perekat-perekatnya. Sedangkan pada tulang punggung pada ikan, berkembang dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notochorda dan batang saraf. Setiap pasang dari scelerotome berkembang menjadi empat pasang arcualia. Pada beberapa ikan, pem¬bentukan pusat tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar notochorda, yang kemudian bersama-sama arcularia membentuk centrum.
2.2.4 Sistem respiratoria
Sistem pernapasan ikan bernapas dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander (Affandi, 1992).
Insang pada ikan osteichthyes operculum yang tersusun atas 4 potong tulang dermal, yaitu operculum, properculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja se-bagai klep pada celah insang. Bagian depan dari selaput melekat pada operculum, sedangkan pada bagian belakangnya terlepas bebas. Selaput kulit tipis ini disebut membran branchiostegii yang disokong oleh beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharing dise¬but radii branchiostegii. Septum insang hanya satu saja dan tidak menonjol keluar dari lamela insang, ser¬ta kadang-kadang insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang untuk setiap lengkung insang ber-jumlah 5, tetapi lengkung insang 1 dan 5 berupa hemibranchia, hanya lengkung kedua, tiga dan empat saja yang berupa holobranchia. Lamela insang pada lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang kelima pada bagian depan saja (Rahardjo, 1985).
2.2.5 Sistem reproduksi
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan. Cara reproduksi ikan yang ada antara lain :
1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers
(Djuanda, T. 1981)
2.3 Taksonomi
2.3.1 Identifikasi
Upaya identifikasi di bagi menjadi dua yaitu:
Tingkat analisis adalah usaha-usaha pengenalan cirri-ciri biologis dan deskripsi spesies secara teliti tepat, cermat dn akurat. Dalam melakukan identifikasi terdapat hal hal yang perlu di perhatikan yaitu sifat ifat, tanda tanda bentuk luar tubuh ikan. Beberapa hal penting yang perlu di ketahui, antara lain:
a. Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
b. Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum.
c. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
d. Bentuk sirip serta susunan dan tempatnya
e. Tulang-tulang insang
(Subani, 1978)
Tingkat sintesis adalah bentuk suatu penyusunan yang teratur dari spesies spesies. Menyusun kategori kategori yang lebih tinggi yang ke lebih rendah dan menetapkan cirri cirinya, dan harus menetapkan suatu klasifikasinya (subani 1978).
2.3.2 Klasifiksi
Menurut subani (1978), dalm menyusun klasifikasi dapat di gunakn kategori kategori yang umum di pakai, yaitu:
1. Kingdom
2. Phylum
3. Sub phylum
4. Class
5. Sub class
6. Ordo
7. Family
8. Genus
9. Species
2.3.3 Taksonomi
Taksonomi adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi dari jasad jasad. Istilah taksonomi berasaldari bahasa yunani taxis yang berarti susunan dan pengaturan. Dan dari kata nomos atau hukkum dan istilah ini di usulkan oleh candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbu tumbuhan. Prakata sistemklasifikasi berasaldari bahasa yunani systema yang di gunakaan untuk system klasifikasi yang di susun oeh ahli ahli pengetahuan alam di massa silam (Saanin, 1968).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
1. Waktu :
· Praktikum I : Jumat, 14 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB
· Praktikum II : Sabtu, 15 Oktober 2011 pukul 08.30 WIB
· Praktikum III : Minggu, 16 Oktober 2011 pukul 11.00 WIB
2. Tempat Praktikum :
Laboratorium Biologi Gedung E Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang
3.2 Materi
1. Alat
· Nampan Bedah
· Jarum pentul
· Dissection kit atau satu set alat bedah yang terdiri dari scalpel, berbagai macam gunting, pinset dan lain-lain.
· Light Mikroskop, deckglass, coverglass.
· Kaca pembesar
· Loop
· Tisue pembersih
2. Bahan
· Ikan Bandeng
· Ikan Belanak
· Ikan Sembilang
3.3 Metode
1. Mengamati bentuk morfologi ikan yang meliputi:
Mengukur dan mengamati tubuh ikan
· panjang total (total length): panjang yang dimulai dari ujung mulut sampai ujung ekor.
· panjang standar (standar length): panjang yang dimulai dari ujung mulut sampai awal tulang ekor atau pangkal ekor.
· tinggi badan (fork length): tinggi yang dimulai dari ukuran lingkaran dada besar (bagian yang paling gemuk) sampai ujung pungung (tidak termasuk sirip punggung)
2. Mengamati bentuk dan jenis sisik ikan
3. Mengamati jenis dan bentuk sirip ikan dan menghitung jari-jari sirip serta menentukan rumus sirip ikan
4. Mengamati bentuk linea lateralis ikan
5. Mengamati bentuk mulut ikan
6. Mengamati tanda-tanda khusus ikan
7. Mengenal bagian-bagian integumen ikan
8. Memotong ikan pada bagian abdomen (perut) dan pada sepertiga bagian tubuh posterior
9. Membuat morfologi otot (urat daging) dari potongan melintang tubuh ikan
10. Menggambar dan menyebutkan bagian-bagian otot (urat daging)
11. Menggambar rangka axial ikan
12. Mengamati tulang penyusun operculum
13. Mengamati rangka appendicular ikan
14. Mengamati rangka visceral ikan
15. Menggambar organ-organ respirasi pada ikan
16. Menyebutkan jenis alat bantu pernafasan
17. Menggambar dan menyebutkan fungsi dari gelembung renang ikan
18. Menggambar dan membedah ikan sembilang
19. Mengamati gonad dan menimbang tubuh ikan dan gonad ikan sembilang
20. Menentukan TKG ikan sembilang
21. Mengamati organ pencernaan ikan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
4.2.1 Ikan Bandeng
1. Morfologi
Bandeng dikenal juga sebagai milkfish dan memiliki karakteristik tubuh langsing seperti peluru dengan sirip ekor bercabang sebagai petunjuk bahwa bandeng memiliki kemampuan untuk berenang dengan cepat. Tubuhnya berwarna putih keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih susu. Bandeng yang hidup di alam memiliki panjang tubuh mencapai 1 m.
Pada morfologi luar ikan bandeng terdapat bagian – bagian seperti mulut, mata, sirip dada, sirip punggung, lateral line, sirip ekor, sirip perut dan sirip anus (dubur). Jenis sirip ekor bandeng yaitu homocercal sedangkan bentuk ekornya adalah forked. Bandeng memiliki bentuk sisik yang ctenoid atau disebut juga sisik sisir dengan bentuk yang agak persegi. Jumlah lateral line yang kita amati sebanyak 85 sisik. Sedangkan bentuk mulutnya sendiri adalah sub terminal yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala. Bentuk dari ikan ini adalah torpedo sehingga ikan bandeng ini mampu bergerak cepat atau juga tergolong ikan perenang cepat dan kuat dengan habitat air payau. Warna tubuh pada punggung berwarna kehitam-hitaman, pada bagian linea lateralis bewarna keperakan dan pada bagian bawah dari linea lateralis berwarna putih.
Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan panjang badannya,matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak sertamempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor. Pada ikan bandeng ukuran juvenil dan dewasa jumlah sirip dorsal II :12-14, anal II: 8 atau 9, sirip dada I: 15-16, sirip bawah I:10 atau 11 dan mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai caudal antara 75-85, dan tulang belakang berjumlah 44 ruas.
Ikan Bandeng (chanos chanos ), termasuk ikan yang penting di kawasan asia tenggara. Bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping, dengan sirip ekor yang bercabang dua. Mereka bisa bertambah besar menjadi 1. 7 m, tetapi yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Mereka tidak memiliki gigi, dan umumnya hidup dari ganggang dan invertebrata. insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi. seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian depan kepala dan simetris. Sirip ekor homocercal
Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan (Rahardjo, 1985).
2. Anatomi
Ikan bandeng mempunyai alat pencernaan antara lain mulut, esophagus, lambung, usus dan anus. Lambung ini berfungsi untuk mengaduk makanan dan menyimpannya. Dengan usus yang panjang ini maka sari-sari makanan yang dapat diserap akan lebih banyak. Pada habitat alaminya, ikan bandeng termasuk ikan herbivor yang memakan tumbuhan mikroskopis, foraminifera, cepepoda dan tumbuhan multi seluler. Makanan utama ikan bandeng ikan bandeng adalah plankton baik miroplankton dan makroplankton. Pada saat larva (nener), ikan ini banyak tergantung pada fitoplankton dan zooplankton ukuran renik yang terdapat pada permukaan air laut.
Usus pada Ikan Bandeng relatif panjang dibandingkan dengan ukuran badannya. Pada ikan bandeng yang masih kecil panjang ususnya 2-3 kali panjang badan, sedangkan pada ikan bandeng yang besar (lebih dari 400gr) panjang usus antara 5-7 kali panjang badan. Usus bersifat elastis dan merupakan tempat penyerapan sari makanan. Beberapa enzim yang dibentuk di dalam usus berfungsi untuk menguraikan makanan menjadi sari makanan yang mudah diserap, sisa makanan akhirnya dibuang melalui anus.
Rangka axial pada bandeng terdiri dari operculum, palatine, premaxilla, maxilla dan dentary. Tulang penyusun eprculum dibagi menjadi 4 bagian yaitu operculum , sub operculum, interculum dan prreoperculum. Rangka apendicular pada bandeng terdiri atas 5 macam sirip yaitu sirip perut, sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip anus /anal (dubur). Tulang – tulang sirip ini melekat pada tubuh, fungsinya adalah sebagai penggerak tubuh. Tulang perekat sirip perut di sokong oleh tulang rawan pelvic. Sedangkan tulang sirip punggung disokong oleh tulang rawan basal. Dan penyokong tulang dada adalah pectoral gird (tulang gelang bahu).
Rangka visceralnya terdiri dari 7 lengkung insang , 2 diantaranya melekat pada tulang tengkorak dan yang 5 sebagai penyokong insang.
Sistem otot pada daerah caudal penducle dibentuk oleh myosepta. Otot ini akan terlihat seperti daging yang melekat pada rangka yang dibentuk melingkar.
Ikan Bandeng mempunyai alat pernafasan berupa insang yang berjumlah empat pasang. Insang ini berfungsi sebagai penyaring makanan yang masuk ke mulut dari dalam perairan pada operculum. Pada insang ikan bandeng terdapat lima tulang tambahan pada tutup insang. Insang terdiri dari tiga bagian yaitu tulang lengkung insang, filamen insang dan tulang saringan insang.
Ikan bandeng jantan mempunyai 2 tonjolan kecil (papila) yang terbuka dibagian luarnya yaitu selaput dubur luar dan lubang pelepasan (yang membuka pada bagian ujungnya). Didalam alat genital ikan jantan (vasa deferentia),mulai dari testes menyatu sedalam 5-10 mm dari lubang pelepasan. Lubang kencing (urinary pore) melebar kearah saluran besar dari sisi atas. Selain itu 2 lubang kecil pada sisi bagian bawah dari tonjolan urogenital yang membuka kearah ventral usus. Ikan bandeng betina mempunyai 3 tonjolan kecll (papila) yang terbuka dibagian anal. Berbeda dengan ikan bandeng jantan yang mempunyai 2 tonjolan kecil. Satu lubang besar dibagian anterior adalah anus. Letaknya anus sejajar dengan genital pore. Lubang ketiga adalah lubang posterior dari genital pore berada pada ujung urogenital papila.. Dari 2 oviduct menyatu kearah saluran yang lebar yang merupakan saluran telur dan saluran tersebut berakhir di genital pore (Rahardjo, 1985).
3. Taksonomi
Klasifikasi
Famili: Chanidae
Genus: Chanos
Spesies: C. chanos
4.2.2 Ikan Belanak
1. Morfologi
Ikan belanak secara umum bentuknya memanjang agak langsing dan gepeng. Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari lemah. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan sembilan jari-jari lemah. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam lumpur (kriswantoro dan Sunyoto, 1986). Ciri lain dari ikan belanak yaitu mempunyai gigi yang amat kecil, tetapi kadang-kadang pada beberapa spesies tidak ditemukan sama sekali.
Memiliki ciri morfologi yaitu tubuh torpedo (fusiform),dimana bagian anterior agak besar kemudian makin ke posterior makin kecil, bentuk mulut sub terminal, maxillanya berada sedikit dibawah mandibula, memilki bentuk sisik ctenoid dan warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral berwarna perak agak ke merah muda. bentuk sirip caudalnya berbentuk Cagak, dan memiliki rumus sirip = D.XVI.11, D.VI, C.XVI, A.I. 9 , V.I.5, P.I.12 . Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera peraba. Berdasarkan hasil pengukuran Panjang baku, Panjang total, Panjang mocong, Tinggi tubuh, Panjang sebelum sirip dorsal, Panjang sebelum sirip ventral, Tinggi ekor , Fork length (Saanin, H. 1968).
2. Anatomi
Ikan belanak mempunyai alat pencernaan antara lain mulut, esophagus, lambung, usus dan anus. Lambung ini berfungsi untuk mengaduk makanan dan menyimpannya. Dengan usus yang panjang ini maka sari-sari makanan yang dapat diserap akan lebih banyak. Sistem otot pada daerah caudal penducle dibentuk oleh myosepta. Otot ini akan terlihat seperti daging yang melekat pada rangka yang dibentuk melingkar (Saanin, H. 1968).
3. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
4.2.3 Ikan Sembilang
Penciri khas yang membedakannya dari kelompok lainnya adalah menyatunya sirip punggung kedua (sirip lemak), sirip ekor, dan sirip anus sehingga bagian belakangnya tampak seperti sidat. Keluarga sembilang mempunyai 3 duri, satu di sirip atas dan sepasang di kiri dan kanan yang tajam atau lebih dikenali sebagai sengat berbisa yang cukup membuatkan mangsa berperang dengan kesakitan lebih kurang 3 hari. la mempunyai 4 misai di bahagian atas bibir mulutnya yang keras manakala 4 lagi di bawah bibir mulut yang bergigi halus tapi tajam. Misai atau sesungutnya (maxillary barbel) di bahagian paling tepi harnpir mengenai sirip dan sengat di kiri dan kanannya yang kesemuanya 4 pasang. Sesungut digunakan sebagai alat pengesan (deria bau) untuk mengesan kehadiran mangsa dan makanan terutama pada waktu malam dan di air yang keruh (Saanin, H. 1968).
4.2.4 Ikan Hiu
Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan (Allen, Thomas B, 1999).
Hiu adalah salah satu contoh daripada kelas Condrichthyes yaitu ikan bertulang rawan. Hiu memiliki ciri-ciri utama yaitu:
1. Vertebrae lengkap dan terpisah
2. Rahang dapat di gerakkan
3. Memiliki anggota gerak berpasangan
Ciri khas daripada ikan hiu:
1. Kulit dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus
2. Mulut ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
3. Skeleton berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.
4. Hewan berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan
Dari luar tubuh hiu memiliki beberapa bagian yaitu:
1. Kepala meruncing kearah anterior
2. Mulut transversal
3. Mata
4. Insang jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara atau vesica natatoria
5. Sirip
Klasifikasi Ikan Hiu
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Elasmobranchii
Superordo: Selachimorpha
Pembahasan dari modul
Sistem respirasi
Beberapa ikan memiliki gelembung renang sebagai alat bantu pernapasan. Alat ini membantu pernapasan ikan dalam memperoleh dan menyimpan oksigen.Selain untuk menyimpan udara,gelembung renang berperan sebagai alat hidrostatik,yaitu alat untuk mengetahui tekanan tempat ikan berenang (Salman,Akyar, 1999). Perbedaan yang nyata antara insang elasmobranchia dan teleostei tidak menonjol keluar separti pada elasmobranchia yang digunakan sebagai penutup tiap-tiap insang.jari-jari tapis insang (gill rackers) pada beberapa ikan teleostei berbeda satu dengan lainnya sesuai dengan fungsinya. Ikan pemakan plankton akan memiliki jari-jari insang yang halus dan agak panjang. Sedangkan ikan buas, jari-jari tapis insangnya pendek, keras dan runcing (Salman,Akyar, 1999).
Pada beberapa ikan, terutama spesies air tawar (misalnya ikan mas dan lele), gelembung renang tersambung ke labirin telinga bagian dalam dengan weberian, struktur bertulang yang berasal dari tulang belakang, yang memberikan informasi yang tepat tentang tekanan air dan kedalaman serta meningkatkan pendengaran. Gelembung renang merupakan organ internal yang dipenuhi oleh gas yang berfungsi memberi kemampuan ikan untuk mengendalikan daya apung sehingga mampu menghemat energy untuk berenang (Salman,Akyar, 1999).
Sistem pencernaan makanan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel (Salman,Akyar, 1999). Panjang usus ikan bandeng adalah 158 cm. Dentes (gigi-gigi), terdapat pada tulang ossub pharingiale, yaitu tulang yang terbentuk dari arcus branchialis (lengkung insang) yang terakhir.Jika mengunyah gigi ini akan beradu dengan langit-langit (schlundknopf / schlundknochen / tulang penelan). Cara Makan Ikan Bandeng (Chanos chanos), bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty, 1991).
Sistem reproduksi
Kelamin ikan bisa dibedakan berdasarkan beberapa parameter seperti ciri :Ciri Kelamin Primer adalah ciri yang berhubungan langsung dengan reproduksi. Organ yang berhubungan langsung dengan ciri ini adlaha gonat dan salurannya. Gonad pada betina adalah ovarium dan salurannya sedangkan pada jantan gonadnya disebut testis dan vas de fern. Ciri kelamin sekunder adalah ciri yang tidak berhubungan langsung dengan reproduksi tetapi bisa digunakan untuk membedakan antara jantan dengan betina. Ciri sekunder sering dikelompokan sebagai ciri sekunder dimorfisme dan ciri sekunder dikromatisme (Rahardjo, M.F., 1985). Tanda-tanda kelamin setiap ikan berbeda-beda, meski ada beberapa ikan yang memiliki tanda-tanda yang hampir sama. Sebagai contoh, pada jantan ikan lele, dan jantan ikan nila. Kedua jenis ikan itu memiliki tanda-tanda kelamin yang sama, yaitu pada bentuk kelaminnya memanjang. Untuk membedakan dapat dilihat secara langsung dengan pandangan mata (Saanin, H., 1968). Tingkat perkembangan gonad adalah tahap perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan berpijah. Fase reproduksi ikan ditandai dengan adanya perubahan dan perkembangan organ reproduksi ikan. Perubahan morfologi organ reproduksi ikan mudah dikenali, oleh karena itu dapat digunakan sebagai indikator tingkat kematangan kelamin yang dikenal dengan istilah tingkat perkembangan gonad. Komposisi tingkat perkembangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan antara ikan yang belum atau sudah matang gonad, sebelum mijah atau sudah mijah dan waktu memijah (Effendie, 1979 ). Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khuusus. Jenis hormon yang lazim digunakan untuk mangacu pematangan gonad dan pemijahan banding LHRH-a, 17 alpha methiltestosteron dan HCG. Implantasi pellet hormone dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-an dan 17 alpha methiltestosteron masing-masing dengan dosis 100-200 mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg). Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang 62dikandung di dalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan (Affandi, Ridwan., 1992).
Sistem rangka
Rangka berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ- organ tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah merah. Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma kedalam saluran reproduksi ikan betina. Dalam perikanan terdiri dari tulang sejati dan terdiri dari tulang rawan.Seluruh rangka Elasmobranchii terdiri dari tulang rawan, sedangkan Osteischthyes terdiri dari tualang sejati. Tulang Osteichthyes awalanya terbentuk dari tulang rawan,kemudian materinya menjadi tulang sejati dalam bentuk khusus melalui proses osifikasi. selain itu, dalam beberapa ikan, modifikasi kerangka sirip mempercepat penempatan sperma ke dalam saluran reproduksi betina (Affandi, Ridwan., 1992). Sirip dada ikan bervariasi. Mereka memiliki sebagai manuver lokomotor fungsi utama mereka. Contoh fungsi lokomotor utama untuk sirip dada ditemukan di darters percid (Etheosotomatinae), stickleback (Gasterosteidae). Sculpins (Cottidae), dan pipefishes dan kuda laut (syngnathidae), serta ikan kakaktua (Scaridae), porgies (Sparidae), dan ikan lain yang mempunyai dada korset diperkuat dan diubah sesuai. (Gambusia) sirip dada dimodifikasi menjadi clasper, dimana ikan jantan digunakan untuk memandu gonopodium ke dalam lubang perempuan.
Morfologi
Jari jari sirip lemah Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku-buku.Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapatmemberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik cycloid dan ctenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.
Sisik cycloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar. Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf.
Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya.
Pada beberapa jenis ikan, termasuk golongan Characin, linea lateralis merupakan satu garis panjang yang tidak terputus. Sedangkan pada kelompok ikan Cichlidae, linea lateralis yang dimiliki merupakan garis panjang yang terputus menjadi dua dengan potongan kedua berada di bagian bawah potongan pertama.
Integumen
Sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya. berbagai fungsi yang sangat vital pada kehidupan ikan, yaitu : Pertahanan fisik, Keseimbangan cairan (air), Thermoregulasi, Warna, Pergerakan, Respirasi, Kelenjar kulit, Kelenjar susu. Sistem Integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Organ integumen yang terdapat pada ikan (pisces) seperti kulit, lendir, pigmen warna, organ cahaya, kelenjar beracun. Kulit merupakan pembalut tubuh yang berfungsi sebagai alat pertahanan pertama terhadap penyakit, dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Struktur kulit dibagi menjadi dua, yang pertama epidermis yaitu kuloit bagian luar, dan dermis kulit bagian dalam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil praktikum yang kita lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh ikan dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi dan yang perlu diidentifikasi antara lain : jenis dan rumus sirip, jenis sisik dan penghitungan sisik, tipe ekor, dan tanda-tanda khusus seperti sungut, fin let, lateral kil, adipose, dll.
2. Pada tubuh ikan memiliki beberapa sistem organ tubuh yang dilihat secara anatomis, seperti contohnya: sistem respirasi, sistem rangka, integumen, sistem otot, dan sistem pencernaan, sistem reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan. 1992. Ichtyologi, Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. IPB, Bogor
Allen, Thomas B. (14 Oktober 1999). The Shark Almanac. New York: The Lyons Press. ISBN 1-55821-582-4.
Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis Perikanan, Bandung
Lagler. 1997. FAO Species Identification Sheat For Fisheries Purpose.Kodansha, Japan
Rahardjo, M.F. 1985. Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut
Pertanian Bogor, Bogor
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Jakarta
Salman,Akyar.1999.Biologi Umum Smu Kelas II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar