Senin, 07 November 2011

ELASMOBRANCHIA DAN TELEOSTEI

Elasmobranchia
Definisi hiu
Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.
Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar, yang bertumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng, Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di delta-delta.
Ciri-ciri hiu
Hiu adalah salah satu contoh daripada kelas  Condrichthyes yaitu ikan bertulang rawan. Hiu memiliki ciri-ciri utama yaitu:
1.      Vertebrae lengkap dan terpisah
2.      Rahang dapat di gerakkan
3.      Memiliki anggota gerak berpasangan

Ciri khas daripada ikan hiu:
1.      Kulit dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus
2.      Mulut ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada  hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
3.      Skeleton berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.
4.      Hewan berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan
Morfologi Ikan Hiu
Dari luar tubuh hiu memiliki beberapa bagian yaitu:
1.      Kepala meruncing kearah anterior
2.      Mulut transversal
3.      Mata
4.      Insang jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara atau vesica natatoria
5.      Sirip

Klasifikasi Ikan Hiu
kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas       : Chondrichthyes
Subkelas  : Elasmobranchii
Superordo: Selachimorpha





Anatomi Internal
           
Anatomi internal dari hiu berbeda dari ikan tulang sejati. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago. Penyayatan  perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan. Hati memiliki  dua fungsi.Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain  hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.  Perut itu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. katup spiral usus  adalah organ yang digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan nutrisi. Katup spiral usus  bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran  pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang  terbuka ke luar.
Di dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar pencernaan dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium klorida (garam) dari darah.

Sistem Rangka          
Chondrichthyes memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan kapsul otak bergabung menjadi satu. Eksoskeletonnya merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Rahangnya bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen hiomandibula dari lengkung insang ke 2.
            Umumnya struktur appendages (alat gerak) depan lebih rumit daripada belakang. Alat gerak ikan hiu berupa sirip. Tulang di bagian ventral dari pusat sirip ikan hiu disebut korakoid, sedangkan yang memanjang ke arah dorsal di bagian tepi sirip disebut skapula. Selanjutnya untuk kelompok ikan ini, tulang gigi berasal dari dermal. Tulang-tulang bagian panggulnya lebih sederhana daripada bagian gelang bahu dan hampir melekat pada columna vertebralis.

Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan hiu terdiri dari mulut. Farink, oesofagus yang pendek, Lambung, usus dan bermuara ke anus. 
1.      Mulut trasversal diperkuat oleh gigi yang sama dengan sisik placoid. Gigi setiap kali tanggal diganti dengan gigi yang baru.Mulut merupakan tempat masuknya makanan.hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik yang membuatnya ditakut oleh organism lain.
2.      Farink terdapat celah insang dan spirakel
3.      Kerongkongan. Ikan hiu memiliki kerongkongan yang  yang pendek dan lebar hampir tidak terlihat dari lambung.
4.      Lambung. Merupakan tempat pancernaan secara kimia dan mekanik.
5.      Usus memiliki klep spiral  yang berfungsi memperluas bidang penyerapan dan memperrpanjang proses digesti.
6.      Rectum.dari usus makanan kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari kloaka sisa sisa makanan nantinya disalurkan keluar tubuh. Selain berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi sebagai tempat pengeluaran kencing dan sebagai saluran reproduksi.

Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi pada ikan merupakan sistem sirkulasi tunggal. Jantung terdiri atas atrium, ventrikel, sinus venosus, conus arteriosus yang keluar dari ventrikel. Jantung ikan hiu hanya terisi darah yang yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung dipompa menuju ke insang untuk di isi oksigen kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Jantung ikan hanya memiliki dua bilik yaitu  atrium dan ventrikel.  Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan ke ventrikel. Kemudian di pompa kearah konus arteriosus menuju ke aorta ventral.
Dari aorta ventral darah disalurkan ke insang. Melewati arteri brankia aferentia, selanjutnya dari arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta (arcus aortikus)yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal. Pada saat perkembangan embio ada 6 buah lengkung aorta, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi. Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis yang merupakan gabungan pembuluh vena kardial anterior dan posterior. Darah dari kepala dikumpulkan oleh vena kardial anterior dan darah dari ginjal dikumpulkan oleh vena jardinal posterior. Pembuluh cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portalrenalis terdiri dari vena kaudal dan dua pembuluh portal ginjal. Sistem portal hepatic mengalirkan darah dari lambung dan usus kemudian kembali ke hati sesudah itu masuk ke sinus venosus melalui vena katup untuk mencegah darah kembali ke jantung.

Sistem Respirasi
            Insang merupakan cirri pernafasan pada ikan. Secara embriologis celah insang tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan masuk ke faring kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut dengan spirakel.

Sistem Eksresi
Sistem eksresi pada ikan hiu terdiri dari sepasangan ginjal Urine dikumpulkan dalam tubulus segmental lalu menuju ke ureter dikeluarkan kepapila urogenitalis dan bermuara di kloaka bagian dorsal
Sistem Saraf dan Indera
            Sistem saraf pada hiu terdiri dari:
A.    Systema nervossum central (SNC)yang terdiri dari otak dan medulla spinalis
B.     Systema Nervossum Peripherium (SMP)yang terdiri dari 10 pasang nervus cranialis dan nervus spinalis
C.     Systema Nervus Otonom yang terdiri dari nervus sympaticus dan nervus parasympaticus yang bekerja antagonis.
Sistem indera
Sistem indera terdiri dari sacous olfactorius atau cekungan hidung, organon vesus atau mata, organon auditorius yang berfungsi untuk mendengar, dan gurat sisi.

Sistem Reproduksi
Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan dan betina. Pada jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal. Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi.
Pada betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60 atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat mencapai 300 mm.

Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan hiu bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta. Reproduksi yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini mirip dengan viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak menerima makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan makana daris sel telur. Cara reproduksi terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau makanan dari induknya.

Teleostei
Definisi bandeng
Phylum            : Vertebrata
Subphylum      : Craniata
Super Class     : Gnatostomata
Seri                  : Pisces
Class                : Teleostei
Sub class         : Actinopterygii
Ordo                : Malacopterygii
Sub ordo         : Clupeidae
Family             : Chanidae
Genus              : ChanosLacepede
Species            : Chanos chanos Forskal




Morfologi
Bandeng dikenal juga sebagai milkfish dan memiliki karakteristik tubuh langsing seperti peluru dengan sirip ekor bercabang sebagai petunjuk bahwa bandeng memiliki kemampuan untuk berenang dengan cepat. Tubuhnya berwarna putih keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih susu. Bandeng yang hidup di alam memiliki panjang tubuh mencapai 1 m. Namun, bandeng yang dibudidayakan di tambak hanya dapat mencapai ukuran panjang tubuh maksimal 0,50 m, bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik yang lebih cerah dan mengkilap keperakan serta mempunyai dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada bandeng dewasa. Bandeng betina dapat diidentifikasi dari perut yang agak buncit dan terdapat tiga lubang di bagian anus yang tampak jelas pada betina dewasa. Di alam, jantan biasa lebih banyak, 60-70% dari jumlah populasi betina.
Habitat

Larva bandeng merupakan bagian dari komunitas plankton di laut lepas yang kemudian hidup dan berkembang, hidup di perairan pantai berpasir, berair jernih dan banyak mengandung plankton, serta bersalinitas 25-35 o/oo. Tahapan larva berlangsung sampai sekitar 30 hari setelah menetas.Larva mulai makan plankton 72 jam setelah ditetaskan. Benih yaitu larva berumur lebih dari 25 hari atau disebut juga nener, hidup di perairan pantai berkarang atau pantai berlumpur, berair jernih yang kadang-kadang ditumbuhi vegetasi campuran atau mangrove, namun subur dan bersalinitas 25-35 ‰.Gelondongan yaitu benih berumur 1-2 bulan dan berukuran 5-8 cm, hidup di perairan pantai berlumpur yang banyak mengandung plankton dan kelekap, serta bersalinitas sekitar 20 ‰. Dewasa adalah bandeng berumur 6 bulan sampai 4 tahun dengan panjang total 40-70 cm, biasa hidup di perairan pantai karang atau perairan pantai berlumpur yang ditumbuhi kelekap, serta bersalinitas 30-35 ‰. Bandeng dewasa biasa tertangkap dengan gill net di perairan pantai pada kedalaman 2-10 m. Induk, biasa berumur lebih dari 4 tahun, dengan panjang total 70-150 cm hidup di perairan pantai sampai perairan laut dalam dan di terumbu karang. Alat-alat reproduksinya sudah berkembang dan memijah di perairan dalam. Sampai umur 8 tahun masih produktif, pada musim pemijahan biasa bergerombol di perairan terumbu karang. Bandeng sebagai ikan air laut, memiliki penyebaran yang sangat luas, yakni dari pantai Afrika Timur sampai ke Kepulauan Tuamutu, sebelah timur Tahiti, dan dari Jepang Selatan sampai Australia Utara. Namun demikian, ikan bandeng jarang tertangkap sebagai hasil laut.
Reproduksi
Siklus reproduksi bandeng dimulai dari perkembangan gonad yang berdasarkan nilai Gonade Somatic Indeks (GSI), diameter telur dan penampakan histologis gonad terbagi atas muda (immature), berkembang (developing), matang (mature), siap pijah (gravid) dan salin (spent). Bobot gonad pada fase matang berkisar 10-25 % berat tubuh. Indikator pemijahan adalah bandeng jantan dan betina beriringan dengan posisi jantan berada di belakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada saat pasang rendah dan fase bulan seperempat. Telur bandeng ditetaskan di perairan sedang sampai hangat dengan suhu 26°C sampai 32°C dengan salinitas air 29-34‰.
Di alam, telur berbentuk bulat dengan diameter 1,10-2,25 mm, tidak memiliki gelembung lemak, ruang perivitelin sempit, berasal dari hasil pemijahan induk bandeng di perairan pantai atau relung karang. Telur yang telah dibuahi menetas pada suhu 27-31°C dalam waktu 25-35 jam setelah pembuahan, kemudian terbawa arus ke arah pantai. Pemijahan alami berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar di sekitar gosong karang atau perairan yang jernih dan dangkal sekitar pulau pada bulan-bulan Maret-Mei dan September-Januari. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan antara 300.000 sampai 1.000.000 butir. Bandeng memijah secara alami pada tengah malam sampai menjelang pagi. Pemijahan bandeng berlangsung secara partial yaitu telur yang sudah matang dikeluarkan, sedang yang belum matang terus berkembang di dalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam setahun, satu ekor bandeng dapat memijah lebih dari satu kali. Di hatcheri, frekuensi pemijahan dapat ditingkatkan sampai 3 kali dalam setahun dengan implantasi hormon LH-Rha atau HCG. LH-Rha merupakan jenis hormon untuk mempercepet pematangan gonad hewan.
Kebiasaan Makan
Larva bandeng aktif makan pada siang hari (diurnal feeder) sampai berumur 15 hari, baru pada 21 hari dapat makan pada malam hari. Larva mulai makan sesaat setelah mata berpigmen penuh dan saat mulut membuka (54 jam setelah menetas) dan sebelum kuning telur diserap sepenuhnya. Lebar bukaan mulut larva 225 mikron dan panjang rahang 200 mikron. Larva memangsa makanannya sekaligus dan menelannya bulat-bulat. Gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang hari daripada malam hari. Jenis makanan yang dimakan adalah alga (cyanobacteri, diatom, detritus, dan alga hijau berfilamen) dan hewan (udang kecil dan cacing). Karena kebiasaan mencerna makanan asal lapisan atas sedimen dasar, bandeng termasuk dalam kelompok iliophagous. Sama seperti gelondongan, induk bandeng lebih banyak makan pada siang hari daripada malam hari, jumlah makanan perhari mencapai 1,5-2% bobot tubuh, makanannya mengandung 43% protein. Induk memangsa alga ataupun hewan dengan jalan menyaring menggunakan saringan insang sambil berenang di antara kumpulan plankton yang padat atau kumpulan anak ikan. Kadang, juga memakan alga yang menempel di karang dan benih kerang yang menempel pada rumput laut.
Tingkah laku

Dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas (eurihaline). Bandeng tidak termasuk ikan berkelompok dalam jumlah besar. Nener di alam biasa tersebar merata di sepanjang garis pantai, pada malam hari diam di dekat dasar. Bandeng dewasa biasa ditemukan berenang dalam kelompok yang terdiri dari 10-100 ikan dengan sirip punggung yang mencuat di permukaan.

Daftar Pustaka

Allen, Thomas B. (14 Oktober 1999). The Shark Almanac. New York: The Lyons Press. ISBN 1-55821-582-4. 
Artawan, I Ketut, dkk. Buku Ajar Zoologi Invertebrata dan Vertebrata. IKIP Negeri Singaraja: Singaraja
Budker, Paul (14 Oktober 1971). The Life of Sharks. London: Weidenfeld and Nicolson. SBN 297003070. 
Hamlett, W. C. (14 Oktober 1999). Sharks, Skates and Rays: The Biology of Elasmobranch Fishes.
Sukiya.2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
TUGAS IKHTIOLOGI
ELASMOBRANCHI DAN TELEOSTEI



DANAR PRASETYO U
2602011014024



PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar