Minggu, 22 Mei 2011

Chaetoceros diversus

Harmful Algae Blooms (HABs) adalah suatu fenomena blooming fitoplankton toksik di suatu perairan yang dapat menyebabkan kematian biota lain. Toksin yang dihasilkan HABs dapat
mengkontaminasi manusia melalui perantara kerang dan ikan. Fitoplankton memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebih (blooming). Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan dapat menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti berkurangnya oksigen di dalam air yang dapat menyebabkan kematian berbagai makhluk air lainnya.
            Ledakan populasi fitoplankton yang diikuti dengan keberadaan jenis fitoplankton beracun
akan menimbulkan Ledakan Populasi Alga Berbahaya (Harmful Algae Blooms – HABs). Faktor yang dapat memicu ledakan populasi fitoplankton berbahaya antara lain karena adanya eutrofikasi adanya upwelling yang mengangkat massa air kaya unsur-unsur hara; adanya hujan lebat dan masuknya air ke laut dalam jumlah yang besar.
            Spesies dari kelas Bacillariophyceae merupakan spesies yang umum ditemukan di perairan laut. Kelompok Bacillariophyceae atau lebih dikenal diatom merupakan kelompok terbesar dari algae. Ledakan populasi dari diatom di suatu perairan umumnya menandakan meningkatnya produktivitas perairan tersebut, namun blooming diatom kadang-kadang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam air laut. Bacillariophyceae merupakan kelompok yang dominan dan selalu ada pada tiap titik pengambilan sampel, hal ini menunjukkan bahwa Bacillariophyceae merupakan organism euryhaline, dimana Bacillariophyceae dapat hidup pada kisaran salinitas 5‰-30‰.
            Chaetoceros sp., spesies HABs tertinggi kedua setelah Nitzschia sp., merupakan spesies fitoplankton yang tidak toksik terhadap manusia tetapi secara fisik dapat mengganggu system pernafasan ikan dan avertebrata terutama apabila kepadatan individunya relatif tinggi. Diatom jenis ini mempunyai morfologi khas yaitu duri. Duri-duri tersebut dapat merangsang pembentukan lender pada insang biota laut, sehingga biota tersebut sukar bernafas. Duri-duri ini bahkan dapat menyebabkan pendarahan di insang. Chaetoceros merupakan jenis fitoplankton yang diketahui mampu bertahan di perairan tercemar.



































Sumber :

Anderson, D,M., J,M, Burkholder., W,P, Cochlan., P,M, Gilbert., C,J, Gobler., C,A, Heil., R,M, Kudela., M,L, Parsons., J,E, Jack Rensel., D,W, Townsend., V,L, Trainer., G,A, Vargo., 2008, Harmful algall blooms and eutrophication: Examining linkages from selected coastal region of the United Stated, Harmful Algae., 8, 39-53.

Damar, A, 2006, Musim hujan dan eutrofikasi perairan pesisir, Majalah Tempo, 30 Nopember 2006.

Nybakken. 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. PT Gramedia. Jakarta

Praseno, D,P. dan Sugestiningsih., 2000, Red tide di perairan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI, Jakarta

Wiadnyana, N,N., 1996, Mikroalga berbahaya di Indonesia. Oseanology dan Limnology di Indonesia, 29, 15 – 28.

http://www.smhi.se/oceanografi/oce_info_data/plankton_checklist/diatoms/chaetoceros_curvisetus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar